Senin, 12 November 2012

MENCERMATI RAGAM AYAM POTONG

Orang sering kali menggolongkan ayam potong menjadi dua, ayam broiler dan ayam kampung. Padahal, di pasaran banyak jenis ayam potong yang ditawarkan. Di antara jenis-jenis itu ada yang berpenampilan mirip, padahal berbeda. Kalau tidak jeli, bisa-bisa salah pilih.
Kalau saja termasuk penggemar belanja di pasar swalayan, Anda tentu akan melihat semakin ramainya jenis ayam potong yang ditawarkan. Semula yang ditawarkan ayam ras, belakangan ayam kampung pun ikut serta hadir di pasar ber-AC ini. Bahkan jangan terkejut, bila tampil pula daging ayam yang hitam legam.
Ayam potong tadi memiliki keragaman usia. Ada yang umurnya cuma 45 hari, ada pula yang sudah lansia dengan umur sampai 720 hari. Namun, jangan kaget bila bobotnya sama saja.
Nah, supaya tidak salah pilih ada baiknya mengenali dulu jenis ayam potong yang ditawarkan. Masing-masing, tentu saja, memiliki ciri-ciri, keunggulan, dan kegunaan berbeda.
Penghuni “hotel berbintang”
Di antara berbagai jenis ayam potong ayam broiler memang paling populer. Sesuai sebutannya, broiler, ayam ini khusus untuk dipanggang. Yang terjadi kemudian, jenis ayam potong ini sering juga digoreng atau malah disop. Padahal, cara memasak itu kurang tepat. Kalau disop misalnya, aroma lemaknya yang sangat keras mengalahkan aroma bumbunya. Terkadang bau ini tidak menyenangkan.
Broiler selalu ditawarkan dalam bentuk karkas, yakni ayam yang telah disembelih dan dibului, tanpa kaki, leher, kepala dan jeroan. Dia tidak pernah ditawarkan dalam bentuk hidup. Soalnya, jenis ini termasuk ayam yang mudah loyo dan mati.
Ayam broiler merupakan hasil rekayasa genetika dengan cara menyilangkan sanak saudara. Mula-mula sekelompok ayam dalam satu keluarga dikawinkan. Keturunannya dipilih yang tumbuh cepat. Di antara mereka disilangkan kembali. Keturunannya diseleksi lagi yang cepat tumbuh dan dikawinkan sesamanya. Demikian seterusnya hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh yang disebut broiler tadi. Ayam ini mampu membentuk 1 kg daging atau lebih cuma dalam tempo 30 hari.
Biasanya ayam broiler dipanen setelah umurnya mencapai 45 hari. Bobot badan ayam seusia itu 1,5 – 2,5 kg. Bandingkan dengan ayam kampung yang pada umur sama bobotnya cuma 200 g. Si cepat tumbuh ini tak pernah dipelihara lebih dari 60 hari. Pasalnya, setelah itu dia sudah tak efisien lagi membentuk daging. Kalau diteruskan, keuntungan peternaknya malah turun.
Karena masih muda, dagingnya sangat empuk. Bahkan, tulang-tulangnya pun mudah hancur bila digigit.
Selama dipelihara, dia dilayani bak tamu hotel berbintang lima. Pakan dan minumnya dikirim langsung ke kamar yang berisi ratusan ekor. Sementara, dia cuma makan tidur-makan tidur. Dengan cara begitu, dia bisa tumbuh secara efisien karena pakannya sebagian besar untuk membentuk daging dan sedikit sekali digunakan untuk bergerak.
Jadi, tidak benar anggapan broiler digemukkan secara paksa dengan memberinya hormon atau zat perangsang. Yang perlu diwaspadai justru kemungkinan adanya residu antibiotik dalam daging broiler. Ayam macam begini biasanya dihasilkan peternak nakal atau tak mau tahu, yang memberinya antibiotik berlebihan dan tidak dihentikan beberapa hari sebelum dipanen.
Seharusnya, antibiotik boleh diberikan dalam jumlah terbatas untuk merangsang pertumbuhan dan mencegah penyakit. Untuk menghindari mendapatkan daging broiler beresidu antibiotik, perlu dipertimbangkan untuk berbelanja di pasar swalayan yang dapat menjamin produknya tidak tercemar.
Ayam kampung naik gengsi
Kekhawatiran orang akan adanya residu antibiotik, hormon, atau bahan kimia dalam tubuh ayam broiler tercermin dari semakin menurunnya konsumsi daging broiler per kapita di seluruh dunia. Sebaliknya, popularitas ayam kampung atau buras (bukan ras) jadi meningkat. Pasalnya, jenis ayam kampung dipercaya dipelihara secara alami. Ini tentu cocok bagi mereka yang ingin bergaya hidup alami dengan mengkonsumsi bahan pangan alami.
Ayam kampung ini pun berhasil menerobos monopoli broiler di pasar swalayan. Kemasannya dibuat sama cantiknya dengan kemasan broiler. Bedanya, karkas ayam buras terlihat lebih kurus, dagingnya lebih tipis, dan bobotnya kurang dari 1 kg. Penawaran karkas ayam buras juga dilengkapi dengan leher, kepala, dan kakinya. Kadang-kadang juga disertakan jeroannya. Gara-gara perbedaan cara penawaran ini, dugaan orang akan adanya kandungan hormon, yang membuat orang mandul, pada kepala broiler semakin kuat. Padahal itu tidak benar. Penawaran karkas broiler tanpa kepala sebenarnya menyesuaikan dengan standar internasional, karena kebanyakan orang modern enggan makan kepala ayam. Apalagi, jeroan atau cekernya. Sementara, penawaran karkas ayam kampung disesuaikan dengan selera orang Indonesia yang kebanyakan gemar makan kepala dan kaki ayam.
Sayangnya, ayam kampung ditawarkan dengan harga lebih mahal ketimbang ayam broiler, meskipun biaya pemeliharaannya tak semahal ayam broiler. Ini gara-gara dulunya, saat ayam broiler belum ngepop, makan ayam merupakan gaya hidup orang kaya (terutama) di daerah urban. Sedangkan untuk membawa unggas pribumi penghasil daging ini dari desa ke kota bukanlah pekerjaan gampang. Risiko kematian atau sakit di perjalanan cukup besar. Untuk menanggung risiko akibat mati atau sakit itu, harga jualnya jadi mahal. Ini berlangsung terus hingga sekarang.
Ayam buras yang digemari umumnya berumur 4 – 6 bulan dengan bobot karkas 0,7 – 1 kg. Pada umur itu dagingnya masih lunak dan tulangnya manis. Aromanya tidak merangsang dan rasanya sangat gurih. Ayam ini cocok untuk segala macam masakan, baik untuk digoreng, disop atau digulai.
Di antara ayam buras, ada satu jenis ayam buras yang “aneh”. Ayam Cemani namanya. Namun, penjualan karkas ayam ini masih sangat sedikit. Tak semua pasar swalayan menyediakannya. Ini lantaran, daging ayam Cemani masih belum biasa dihidangkan sebagai lauk. Seorang petugas pasar swalayan terkemuka menjelaskan, penjualan daging ayam Cemani semata-mata untuk tujuan pengobatan asma. Soal kebenaran khasiat tersebut, masih perlu penelitian.
Ayam ini memiliki ciri warna serba hitam. Dari bulu, kulit, kaki, dan daging. Bahkan, darahnya pun berwarna hitam. Karena itulah, ayam ini dianggap banyak orang mengandung mistik.
Ayam potong yang petelur
Ayam potong lainnya yang cukup umum dipasarkan dan nomor tiga terkenal setelah broiler dan buras adalah ayam petelur apkir. Kelompok ayam ras ini semula mengabdi kepada manusia sebagai penghasil telur yang biasa diceplok mata sapi atau didadar. Setelah 12 – 18 bulan menjalankan tugas dan produktivitasnya mulai menurun, mereka memasuki masa purnabakti. Pada masa pensiun itu mereka dikaryakan lagi oleh peternaknya sebagai ayam potong. Akhirnya, setelah masuk ke markas besar penjagal ayam, predikat mereka menjadi purnawirawati dan jasad mereka jadi hidangan meja makan.
Bentuk badan ayam kelompok ini segi tiga. Bagian perutnya besar dan penuh lemak. Kulit dan kakinya kuning. Warna ini menandakan dagingnya manis. Karenanya, pedagang yang pintar sering mewarnai karkas yang berwarna pucat atau putih dengan cairan kunyit atau pewarna makanan agar calon pembeli tertarik. Tapi rasa dagingnya tetap saja hambar.
Daging pensiunan ayam petelur ini mirip dengan ayam kampung berumur 4 bulan. Cukup liat. Namun, tak terlalu alot, karena meski tua selama hidup ayam ini selalu terkurung dalam kandang berukuran 60 x 30 cm, sehingga geraknya amat sedikit. Lemaknya beraroma cukup merangsang. Tulangnya keras dan kaya sumsum.
Karkas mantan petelur ini cocok untuk disop atau digoreng. Namun, kalau mau digoreng, sebaiknya direbus dulu supaya lebih empuk.
Tentu saja, pensiunan ayam petelur tadi berjenis kelamin betina. Dalam perjalanan hidupnya, ayam petelur biasanya dipilah-pilah antara yang jantan dan betina ketika baru menetas. Tentu saja yang betina dipilih untuk dipelihara menjadi petelur, sebelum akhirnya dikaryakan sebagai pedaging. Lalu, yang jantan? Di Indonesia umumnya ayam petelur jantan tetap dipelihara dan dipromosikan sebagai ayam potong yang bukan pedaging. Di luar negeri anak ayam petelur jantan dibunuh dan diolah menjadi tepung pakan ternak.
Ayam petelur jantan ini biasanya dipelihara hingga cukup besar, cukup untuk menghasilkan karkas 600 – 700 gr. Karkasnya memang tak semontok karkas broiler. Ia lebih mirip ayam buras. Apalagi kalau sudah digoreng atau dimasak dengan cara lain.
Sayangnya, pasar swalayan masih enggan menawarkan karkas petelur jantan, karena masih belum umum. Lagi pula harganya relatif murah. Yang biasa menginginkan karkas ini biasanya pengusaha restoran yang enggan membeli ayam buras lantaran mahal.

Kamis, 04 Oktober 2012

Yang harus dicermati saat beternak ayam broiler

Ayam broiler sekarang menjadi pavorite para peternak unggas selain ternak ayam kampung. Yang paling menarik dari bisnis ayam broiler adalah masa panen yang cukup singkat. Hanya dalam waktu 40 hari ayam broiler sudah dapat dipanen. Hal ini membuat peternak yang memiliki modal terbatas dapat lebih cepat memutar modal dan memetik keuntungan. Selain itu pemasaran dari daging ayam broiler cukup mudah karena animo masyarakat akan daging yang satu ini cukup besar. Namun tidak sedikit peternak ayam broiler justru merugi dan akhirnya gulung tikar, karena kurangnya pengetahuan dalam bidang ternak ayam broiler.

Penyebab kerugian dalam ternak ayam broiler bermacam-macam antara lain tingkat kematian yang tinggi, waktu panen yang lama, bobot ayam tidak memenuhi standard dan lain-lain. Karena itu peternak ayam broiler harus mengetahui secara detail setiap langkah dan komponen penentu keberhasilan ternak ayam broiler.

Agar ternak ayam broiler memberikan keuntungan bagi peternak, ada beberapa hal yang perlu dicermati oleh peternak antara lain:

1. Sistem Kandang Ayam Broiler
Kandang ayam broiler harus memenuhi syarat-syarat teknis dan kesehatan ternak, antara lain : tidak bocor waktu hujan, ventilasi cukup dan sinar matahari tidak dapat masuk secara langsung ke dalam kandang.
Jarak antar kandang tidak terlalu rapat, dengan jarak minimal antar kandang selebar satu kandang. Saluran-saluran air atau pembuangan di sekitar kandang harus lancar.

Lantai kandang harus miring ke satu atau dua arah untuk mempercepat proses pembersihan dan mencegah menggenangnya air di dalam kandang.
Bahan-bahan dan konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama sehingga tidak cepat rusak ataupun membahayakan pekerja.

2. Peralatan kandang Ayam Broiler
Peralatan kandang dalam ternak ayam broiler yang cukup vital antara lain tempat pakan (feeder), tempat minuman (drinker), pemanas, seng pelindung anak ayam (chick guard), layar/tirai penutup kandang dan alat semprot desinfektan (sprayer).

Semua peralatan itu harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Sebab jika peralatan tersebut kurang dari kebutuhan berdasarkan jumlah ayam yang dipelihara, dapat menimbulkan masalah seperti : berat badan standar akan sulit tercapai. Jumlah ayam yang kerdil akan tinggi. Problem penyakit yang timbul akan lebih sering dan sulit untuk diatasi. Angka kematian tinggi serta kualitas rata-rata ayam secara keseluruhan akan jelek.

3. Pemilihan Anak ayam /DOC (Day Old Chicken).
Pemilihan anak ayam broiler yang dipelihara sangat penting untuk diperhatikan, karena menentukan keberhasilan dalam beternak. Anak ayam umur sehari (DOC) yang baik mempunyai ciri-ciri : bulu kering dan bersih, berat tidak dibawah standar (minimal ± 39 gr/ekor), lincah, tidak mempunyai cacat tubuh dan tidak menunjukkan adanya penyakit-penyakit tertentu seperti ompalitis, ngorok ataupun pullorum yang dapat dilihat dari adanya kotoran berwarna putih yang melekat pada dubur.

4. Pakan
Pakan yang baik adalah yang cukup mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ayam (protein, lemak, abu, serat kasar, energi, vitamin dan asam-asam amino).

Hal ini dapat dilihat dari standar kebutuhan zat-zat makanan pada masing-masing periode pemeliharaan yang dapat dipenuhi oleh pakan tersebut. Yang juga tidak kalah penting tapi sering terlupakan adalah pakan tersebut harus tidak menyebabkan diare, sebab diare dapat menyebabkan litter menjadi basah sehingga konsentrasi amoniak di dalam kandang meningkat. Pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit dan problem berat badan.

5. Obat-obatan
Obat-obatan harus disiapkan sebelum menjalankan ternak ayam broiler, agar jika ada gejala gangguan penyakit dapat segera diatasi dan tidak menimbulkan kerugian. Obat-obatan yang disiapkan meliputi antibiotika, vaksin dan vitamin yang dibutuhkan untuk membantu mempertahankan kesehatan ayam, ataupun mengobati ayam bila terserang penyakit.
Pemilihan dan pemakaian obat-obatan yang digunakan harus tepat sesuai dengan kasus yang dihadapi. Oleh sebab itu, diagnosa penyakit tidak boleh salah untuk keefektifan terapi pengobatan yang dijalankan.

Yang wajib untuk dipahami peternak, adalah obat-obatan ini hanya sebagai pendukung, bukan faktor utama yang menyebabkan ayam menjadi sehat. Sebab, faktor utama untuk menghasilkan ayam yang sehat adalah sanitasi dan tata laksana pemeliharaan yang benar. Obat-obatan yang bagus dan mahal tidak akan bermanfaat banyak bila sanitasi dan manajemen pemeliharannya buruk. Malah dapat menimbulkan kerugian, karena problem penyakit akan sering muncul dan sulit untuk diatasi, yang pada akhirnya biaya produksi menjadi tinggi.

6. Manajemen pemeliharaan
Faktor-faktor di atas dapat berfungsi dengan baik bila manajemen atau tatalaksana pemeliharaan yang dijalankan benar. Manajemen yang baik akan meningkatkan efisiensi faktor-faktor produksi, sehingga memperkecil beban pengeluaran, yang pada akhirnya dapat memperbesar keuntungan yang diperoleh.

7. Pemasaran
Akhir dari masa pemeliharaan ayam broiler akan bermuara pada pemasaran, sehingga tahap pemasaran ini tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan suatu usaha. Akan sia-sia kerja yang baik apabila penanganan pemasaran broilernya dilakukan kurang rapi dan terencana karena dapat mengurangi perolehan peternak.

Pemasaran yang baik adalah yang tepat waktu, memakan waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan harga jual yang relatif tinggi. Akan tetapi harga jual di sini tentu saja mengikuti pasaran yang berlaku. Oleh sebab itu, faktor ketepatan waktu dan lamanya proses pengangkatan ayam dari kandang sangat penting diperhatikan.

Pemasaran yang terlambat, walau hanya satu-dua hari, akan memperbesar biaya produksi terutama untuk pakan. Sedang proses pengangkutan ayam dari kandang yang berlarut-larut akan menimbulkan stres pada ayam sehingga akhirnya akan meningkatkan angka kematian, yang tentu saja menjadi beban peternak.
Sumber: www.poultryindonesia.com

Senin, 01 Oktober 2012

MANAJEMEN BROODING PADA AYAM BROILER

Ayam broiler merupakan jenis unggas hasil rekayasa manusia yang telah mengalami seleksi gen selama bertahun-tahun sehingga hanya dalam waktu 21 sampai 40 hari sudah layak dikonsumsi. Seperti makhluk hidup umumnya, ayam broiler  mengalami dua fase  kehidupan, yaitu fase starter dan dilanjutkan ke fase finister. Fase starter adalah fase awal yang dimulai dari ayam ke luar dari cangkang telurnya sampai bulu tubuhnya sudah tumbuh sempurna. Pada fase brooding tersebut kondisi tubuh ayam masih lemah dan organ tubuhnya belum berfungsi secara optimal sehingga ayam memerlukan perhatian yang lebih intensif agar dapat tumbuh secara optimal

Pada pemeliharaan broiler secara komersial, pada umumnya anak ayam diperoleh dari penetasan dengan menggunakan mesin tetas. Oleh sebab itu  dibutuhkan induk buatan sebagai pengganti untuk melindungi anak ayam dari kondisi lingkungan yang buruk. Dengan adanya induk buatan tersebut maka anak ayam  akan dapat tumbuh dengan baik. Sistim induk buatan inilah yang sering kita kenal dengan istilah brooding

Brooding berasal dari kata brood yang berarti seperindukan. Jadi masa brooding adalah masa dimana anak ayam masih butuh indukan atau butuh penghangat buatan  sampai umur tertentu yaitu sampai anak ayam bisa menyesuaikan sendiri dengan suhu lingkungannya. Masa brooding merupakan  salah satu periode kehidupan ayam dan menjadi pondasi awal bagi kehidupan maupun produktivitas  ayam pada fase berikutnya. Keberhasilan  pada fase  brooding ini akan diikuti oleh fase  berikutnya sehingga memudahkan peternak untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Sebaliknya, kegagalan pada fase brooding akan menyebabkan kegagalan fase berikutnya sehingga menyebabkan produktivitasnya turun, hal ini karena potensi genetik ayam tidak dapat muncul secara optimal.

Tujuan dari brooding adalah untuk menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam dan untuk menunjang pertumbuhan secara optimal. Pada masa itu merupakan masa yang paling menentukan, karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan masa selanjutnya. Pada saat anak ayam berumur 0 sampai  14 hari, akan terjadi perbanyakan sel atau “hyperplasia”. Perbanyakan sel ini meliputi perkembangan saluran pen- cernaan, perkembangan saluran pernapasan dan perkembangan sistem kekebalan.

Masa brooding ini akan berpengaruh pula pada pertumbuhan selanjutnya yang berupa petumbuhan hypertropia  yaitu sel-sel  akan memperbesar ukurannya atau terjadi pendewasaan sel. Pada fase brooding dapat juga terjadi gangguan pembelahan sel. Pada pembelahan yang sempurna, satu sel akan membelah menjadi 8 sel, tetapi apabila terjadi gangguan maka dapat juga terjadi 1 sel hanya bisa membelah diri menjadi 6 sel. Akibatnya, pada fase pertumbuhan hypertropi, karena jumlah sel yang lebih sedikit maka akan menghasilkan organ yang lebih kecil pula dengan fungsi yang kurang optimal. Keberhasilan masa brooding ini sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan  kualitas udara dalam kandang.

Sebelum membuat brooding, kandang dan peralatan kandang harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Langkah-langkah dalam  mempersiapkan kandang antara lain:
  1. membersihkan kotoran  dan sekam yang ada dalam kandang habis panen
  2. memasangan tirai kandang dilakukan dengan  cara menutup semua permukaan dinding kandang
  3. Mencuci kandang dengan air bersih. Dilakukan dengan cara membasahi  atau menyemprot kandang dengan air disemua permukaannya.
  4. Mencuci dengan deterjen. Pencucian ini dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisma yang memiliki lapisan lunak sebagai pelindung saat berada di luar tubuh ternak dan juga akan menurunkan tegangan permukaan dari kotoran-kotoran ayam yang menempel di lantai atau dinding kandang.
  5. Mencuci dengan desinfektan. Kegiatan mencuci/menyemprokan dengan desinfektan  ini ber tujuan agar semua mikroorganisma yang masih menempel di dinding-dinding kandang, langit-langit kandang, lantai kandang, tirai yang telah dipasang didinding kandang serta dilingkungan sekitar kandang  mati.
  6. Mengapur kandang, dengan cara kapur  diencerkan dengan air, kemudian dioleskan dengan alat kuas pada permukaan kandang, yang meliputi : dinding kandang baik di dalam maupun di luar kandang, lantai kandang, kerangka kandang dan lantai  disekitar kandang.
  7. Menebar sekam. Sebelum dimasukkan kedalam kandang pastikan bahwa sekam sudah disemprot dengan NaOH atau desinfektan lainnya, setelah kering baru dimasukkan.
Setelah kandang dan peralatannya sudah siap maka kegiatan selanjutnya adalah membuat brooding. Brooding harus sudah dipersiapkan kira-kira 3 hari sebelum DOC broiler tiba. Brooding yang baik harus  dapat melindungi ayam dari angin, hujan, perubahan suhu yang mendadak dan serangan hewan liar (tikus, burung). Serangkaian sistem yang mendukung brooding antara lain heater (pemanas), chick guard (sekat), tempat ransum dan minum, litter, pencahayaan, suhu dan kelembapan sirkulasi udara dan kepadatan brooding.

Ukuran brooding tergantung dari jumlah dan umur ayam. Semakin besar dan umur ayam semakin bertambah, maka brooding harus diperluas. Usahakan udara atau oksigen di dalam brooding jangan terlalu pengap. Artinya jangan lupa memperhatikan kepentingan ventilasi udara bagi ayam. Pelebaran chicken guard dapat dimulai pada hari ke 4 sesuai dengan pertumbuhan ayam  dan kepadatan kandang.  Brooding pada ayam broiler pada umumnya dipergunakan sampai ayam berumur 15 hari. Diatas umur tersebut brooding tidak dipergunakan lagi.

Keberhasilan masa brooding sangat tergantung dari:

1.  Pemanas (heater)
Heater atau pemanas yang baik harus mampu menghasilkan panas yang cukup, stabil dan terfokus. beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pemanas yaitu
a.  mudah mengoperasikannya
b.  suhunya selalu stabil
c.  bahan baku mudah tersedia
d.  biaya murah

2.  Jenis Pemanas
Beberapa jenis pemanas yang biasa dipakai di peternak adalah gasolek (gas infra red), semawar (sumber panas dari minya tanah), batu bara,  lampu bohlam,  kayu bakar, serbuk gergaji dan sumber panas lainnya.

3.  Sekat (Chick Guard Brooder) 
Sekat (Chick Guard Brooder) dapat dibuat dari  bahan seng yang dibuat secara melingkar di dalam ruangan  kandang  yang dilengkapi pemanas, tempat pakan, tempat minum dan tirai kandang. Chick guard berfungsi untuk membantu  agar panas brooding tetap terfokus dan DOC tidak menyebar keseluruh ruang  kandang. Sedangkan fungsi lain  untuk melindungi anak ayam dari terpaan angin dan hewan liar. Idealnya sekat atau chick guard berbentuk melingkar atau elips. Fungsi sekat ini untuk menghindari penumpukan anak ayam pada sudut brooding. Namun pada prakteknya banyak juga yang berbentuk  segi empat atau  dengan cara menyekat kandang, karena lebih praktis. Untuk membuat dan memasang chick guard maka disesuaikan dengan jumlah DOC yang akan dipelihara. Ketentuannya untuk 1 m2 dapat menampung 50 ekor DOC, sehingga dengan menggunakan rumus luas  lingkaran yaitu , maka diameter dan keliling brooding dapat dibuat.

4.  Alas lantai kandang ( litter )
Liiter merupakan alas lantai kandang yang berfungsi untuk menampung dan menyerap air dari feses, meminimalkan terjadinya lepuh dada dan kaki serta untuk menjaga kehangatan kandang brooder. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai litter sebaiknya mempunyai sifat daya serap airnya baik, tidak berdebu, mudah didapat dan murah harganya. Beberapa bahan dari limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai litter antara laini sekam padi, tongkol jagung, kulit kacang kedele, kulit kacang hijau, kulit kacang tanah, jerami padi serta limbah penggergajian kayu.
Bahan litter harus berbersih dari kotoran atau kuman, oleh sebab itu sebelum digunakan perlu didesinfeksi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan desinfektan. Dalam penggunaannya, sekam di tabor secara merata dalam brooding dengan ketinggian 7-8 cm. Diatas litter perlu di alasi dengan menggunakan kertas Koran agar tempat pakan tetap bersih dan menjaga anak ayam tidak makan litter.

5.  Tempat pakan dan tempat minum
Tempat ransum dan tempat minum dapat diperoleh baik dari limbah/ barang bekas yang mudah didapat  seperti potongan box DOC ataupun   tempat pakan yang sudah jadi yang banyak di jual di poultry shop.
Tempat ini biasanya sudah di design khusus untuk anak ayam. Pada ayam yang masih kecil yaitu berumur kurang dari 2 minggu, tempat ransum berbentuk seperti nampan Untuk  chickend plate (tempat pakan anak ayam)  dengan diameter 35 cm maka dapat menampung  sekitar 75-100 ekor. Demikian juga dengan chickend found (tempat minum anak ayam) mampu menampung 50-75 ekor

6.  Cahaya, suhu dan kelembapan
Untuk dapat tumbuh secara optimal, broiler perlu mengkonsumsi ransumnya secara maksimal. Oleh sebab itu perlu pencahayaan yang optimal terutama pada masa brooding. Pada minggu pertama broiler membutuhkan pencahayaan baik siang maupun malam selama 24 jam. Adanya pencahayaan akan menstimulasi ayam untuk selalu mengkonsumsi ransum. Cahaya juga dapat merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin yang berfungsi meningkatkan proses metabolisme sehingga dapat memacu pertumbuhan anak ayam. Sedangkan kebutuhan pencahayaan dalam masa brooding adalah antara 10-20 lux atau 20-40 watt tiap 10 m2. Lama pencahayaan tergantung pada umur anak ayam. Semakin besar umur ayam maka membutuhkan waktu yang lebih kecil. Pada umur 1-3 hari lama pencahayaan 24 jam, umur 4-7 hari adalah 22 jam, umur 8-14 hari adalah 20 jam, umur 15-21 hari adalah 18 jam dan menjelang panen yaitu umur 22-24 hari adalah 16 jam

Pada masa brooding maka perlu perhatian ekstra baik suhu maupun kelembapannya. Pengontrolan suhu ini harus dilakukan sesering mungkin, dengan menggunakan thermometer yang diletakkan dalam kandang brooder dengan ketinggian 20-30 cm diatas litter. Atau dapat juga dilakukan dengan melihat aktivitas dan penyebaran anak ayam  yaitu apakah anak ayam akan menyebar rata dalam brooding, mendekati pemanas atau malah menjauhi pemanas. Demikian juga halnya dengan kelembapan, dimana kelembapan yang terlalu tinggi dapat memicu pertumbuhan jamur dan  bakteri pengurai asam urat dalam feses menghasilkan gas ammonia lebih banyak. Sedangkan kebutuhan suhu dan kelembapan masa brooding adalah sbb:
Tabel 1. Suhu dan kelembapan kandang brooder
Umur(hari)
Suhu (0 Celcius)
Kelembapan (%)
0-3
4-7
8-14
15-21
22-24
33-31
32-31
30-28
28-26
26-23
55-60
55-60
55-60
55-60
55-65
Sumber : Manual Guide Logman, 2004

7.  Sirkulasi udara
Pengaturan ventilasi dilakukan dengan cara pengaturan buka tutup tirai kandang. Namun demikian pengaturan ini harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan terutama suhu dan kecepatan angin sekitar kandang. Sirkulasi udara yang baik akan mengurangi  bau ammonia, debu ataupun asap pemanas. Brooder yang ditutup tanpa adanya ventilasi dapat menyebabkan kandungan O2 berkurang dan gas beracun yaitu CO2 dan amoniak akan meningkat.Cara pengaturan tirai adalah :
  1. Minggu I    : tirai kandang tertutup rapat
  2. Minggu II  : tirai kandang dibuka sepertiga pada bagian atas
  3. Minggu III : tirai kandang dibuka 2/3 pada bagian atas
  4. Minggu IV : tirai kandang sudah terbuka smua.

8. Kepadatan kandang
Kandang brooder yang terlalu padat akan menurunkan ketersediaan O2, meningkatkan amoniak, mempengaruhi aktivitas ayam dan meningkatkan persaingan antar ayam dalam mendapatkan oksigen dan makanan serta menstimulasi kanibalisme pada ayam. Pengaturan kepadatan kandang brooder adalah dengan cara melebarkan chick guard setiap 3-4 hari sekali sampai anak ayam berumur 14 hari. Pada saat itu ayam sudah tidak membutuhkan kandang brooder lagi dan ayam akan memenuhi seluruh ruang kandang sampai nanti  saat panen tiba

Ada beberapa hal  tatalaksana masa brooding yang perlu  dilakukan yaitu:
a.  Pastikan bahwa semua peralatan kandang berfungsi dengan baik
b.  Hitung jumlah  kebutuhan peralatan  brooding dan  aturlah sesuai dengan tata letaknya
c.   Tiga jam sebelum DOC tiba, lakukan :
  • Isi tempat minum dengan larutan gula dengan konsentrasi 2%
  • Isi ransum untuk DOC  (pakan starter) ke tempat pakan “chickend plate”
  • Nyalakan pemanas
  • Atur ketinggian dan posisi pemanas, sampai tercapai suhu yang ideal.
d.  Pasang lampu di setiap area brooding  terutama di malam hari
Setelah DOC tiba, secepatnya DOC ditangani dengan baik. Kegiatan ini dimulai dari :menghitung jumlah box DOC yang dating, cek sample DOC yang ada dalam box, DOC yang mati serta kondisi secara umum (lincah, diam, cacat, dll).Hitung berat DOC rata-rata  dengan cara menimbang DOC yang masih dalam box. Berat rata-rata DOC =  Berat box yang berisi DOC dikurangi dengan box kosong kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah DOC yang ada dalam box. Berat DOC ideal adalah ± 41 gram.  Bukalah box DOC dan segera masukkan dalam brooding sambil dihitung jumlahnya serta sekalian diseleksi DOC. DOC yang baik mempunyai cirri-ciri: Lincah, aktif mencari makan, bentuk paruh normal, mata (bulat, bersinar dan tidak cacat), berat badan normal/sesuai standart, bulu kering, halus dan lembut, anus tidak basah dan tidak membuka, perut kering dan tidak keras/besarserta kaki tidak bengkak.

Bila brooding terlalu panas maka regulatornya pemanas diatur yaitu dengan cara pemanas diangkat, bahan sumber panas dikurangi atau tirai dibuka. Sebagai control Anda dapat melihat tingkahlaku DOC, apakah menyebar merata artinya pemanas sesuai yang dibutuhkan, atau DOC, mendekati pemanas yang artinya suhu pemanas kurang atau menjauhi pemanas. Yang artinya suhu pemanas terlalu tinggi.

Berikan ransum secara ad libitum dalam brooding tetapi cara pemeriannya dilakukan sedikit demi sedikit tetapi sesering mungkin. Berikan air minum dengan menggunakan air yang bersih, segar dan dingin. Berikan vitamin atau obat anti stress yang dilarutkan dalam air minumnya pada saat DOC baru tiba, cuaca buruk, 3 hari sebelum dan 3 hari setelah dilakukan vaksinasi. Lakukan vaksinasi ND pada saat anak ayam berumur 4 hari dengan cara tetes mata dan kill. Masa brooding ini berlangsung selama 2 minggu.

sumber : Ir. Zumrotun, MP

Jumat, 13 Juli 2012

Peningkatan produktivitas ayam kampung melalui penggunaan bahan pakan lokal

Produktivitas daging dan telur ayam kampung yang masih rendah dan sangat bervariasi antar individu dapat ditingkatkan melalui (1) teknologi formulasi pakan dan (2) optimalisasi penggunaan bahan pakan lokal. 

1. Teknologi Formulasi Pakan

Sampai saat ini belum tersedia patokan kebutuhan zat-zat nutrisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi ayam kampung, sehingga peternak pada umumnya memberikan pakan berdasarkan patokan kebutuhan untuk ayam ras . Kondisi ini menyebabkan tidak efisien dalam penggunaan pakan, karena produktivitas ayam kampung lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras  (Suwindra et al., 1982). Untuk mengatasi hal tersebut telah dihasilkan patokan kebutuhan zat-zat nurisi berdasarkan imbangan protein dan asam amino  dengan energi metabolis dalam pakan ayam kampung.  

Imbangan Protein dan Energi Metabolis

Pakan ayam sebaiknya disusun berdasarkan keseimbangan protein dan energi metabolis yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan produksi (Daghir,1995; Waldroup, 1997). Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa pertumbuhan dan produktivitas ayam kampung sangat dipengaruhi oleh imbangan protein dan energi metabolis pakan. Pemberian pakan yang mengandung  14 % protein dan energi metabolis  2900 kkal/kg dapat meningkatkan pertambahan bobot badan ayam kampung umur 0-6 minggu yaitu dari 35,9 g   menjadi 45,5 g/ ekor/minggu (26,7%), serta memperbaiki konversi pakan dari 6,6 menjadi 4,0(38,6%) (Resnawati,et al.,1989;  Resnawati,et al.,1991).  Persilangan ayam pelung x kampung yang diberi ransum mengandung imbangan protein 19 % dan energi metabolis 2900 kkal/kg dapat meningkatkan bobot karkas dari 52,6 % menjadi 56,3%(6,6%)(Iskandar dan Resnawati, 1999). Kebutuhan protein dan energi ayam kampung periode starter (20 %,EM 2800 kkal/kg) dan grower(15 %, EM 2700 kkal/kg). Patokan kebutuhan untuk ayam kampung pedaging adalah 15 % protein (0-6 minggu) dan 19 % (>6-12 minggu) dengan energi metabolis 2900 kkal/kg (Iskandar , 1998). Keadaan ini menggambarkan bahwa kebutuhan imbangan protein dan energi metabolis untuk ayam kampung lebih rendah dari patokan kebutuhan untuk ayam ras (NRC, 1984). 

Pakan  ayam kampung periode bertelur selama 120 hari yang mengandung protein 16 % dan energi metabolis 2700 kkal/kg  menghasilkan produksi telur 20 butir /ekor/120 hari dan konversi pakan 10,3 (Gultom et al.,1989). Produksi telur dapat ditingkatkan 48,7% dan memperbaiki konversi pakan 33,9% dengan pakan yang mengandung imbangan protein 18% dan energi metabolis 2700 kkal/kg,serta penambahan eggs stimulant (Yuwono et al.,1995). Ayam kampung yang diberi pakan mengandung 14- 24 % protein dan 2900-3200 kkal /kg energi metabolis , dapat meningkatkan bobot telur dari 33,8 g menjadi 37,6 g (10,1%), namun tidak mempengaruhi kualitas telur (Bintang et al., 1988). Patokan kebutuhan ayam kampung petelur adalah 15 % (0-12 minggu), 14 % (> 12-22 minggu) dan 15 % (> 22 minggu) dengan energi metabolis 2600 kkal/ kg (Iskandar, 1991). Keseimbangan  protein dan energi metabolis dalam pakan ayam kampung yang memenuhi  kebutuhan untuk pertumbuhan  dan produksi telur dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan 10-30 %.

Imbangan Asam Amino dan Energi Metabolis

Formula pakan yang disusun berdasarkan kandungan protein dan energi metabolis, selanjutnya dikembangkan berdasarkan kebutuhan asam  aminonya. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pakan tidak dapat dimanfaatkan ternak secara efisien apabila komposisi asam-asam amino esensial tidak seimbang, juga keseimbangan asam amino esensial dan non esensial tidak memenuhi kebutuhan    (Holsheimer et al.,1992; Dalibard dan Paillard,1995). Lisin dan methionin merupakan asam amino esensial yang ketersediaannya terbatas dalam bahan pakan, sehingga perlu ditambahkan asam amino sintetis dalam formulasi pakan. Pemberian pakan yang mengandung imbangan asam amino lisin dengan energi metabolis  2,9-3,3 g /Mkal pada ayam kampung umur 0-12 minggu, mencapai konversi pakan 4,3-4,7(9,8%) , pada umur 13 – 22  minggu dengan imbangan asam  amino lisin dan energi metabolis 2,8 – 3,0 g/Mkal konversi pakannya berkisar 7,3-7,7(5,5%). Penambahan DL-methionin dan sistin pada kadar 0,70-0,95 % dalam pakan ayam ras pedaging dapat memperbaiki konversi pakan dari 1,67 menjadi 1,79 (6,2 %) (Beste et al.,1994).

Ayam lokal dan persilangannya umur 12 minggu yang diberi pakan mengandung imbangan asam amino metionin dan lisin antara 0,3 - 0,4   dengan kadar protein 15 % dan energi metabolis 2900 kkal/kg , dapat memperbaiki konversi pakan dari 3,5 menjadi 3,3 (4,5%) (Iskandar et al., 2001). Pakan yang mengandung protein 16 % dan energi metabolis 2650-2750 kkal/kg dengan penambahan asam amino lisin (0,12%)  dan metionin (0,12%) diberikan pada ayam kampung berumur 5-6 bulan selama 24 minggu, dapat meningkatkan produksi telur dari 38,1 % menjadi 41,6 % (8,5%) dan  memperbaiki nilai konversi pakan dari 5,8 menjadi 5,2 (11%) (Zainuddin et al., 2001). Dampak dari penambahan asam amino sintetik dalam pakan ayam kampung pada periode pertumbuhan maupun produksi telur dapat meningkatkan 5-10 % efisiensi penggunaan pakan.


2.  Optimalisasi Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal

Bahan pakan lokal konvensional maupun inkonvensional terdiri dari sumber protein nabati, protein hewani dan energi. Penggunaan bahan pakan lokal  yang berasal dari limbah pertanian dan limbah industri mempunyai kendala antara lain rendahnya kandungan zat nutrisi dan adanya zat anti nutrisi yang dapat menurunkan produktivitas ternak (Sathe,1994). Pemberian bahan pakan dalam bentuk mentah dapat mengganggu perkembangan dan fungsi organ tubuh, sehingga dapat menghambat proses pencernaan dan menurunkan efisiensi penggunaan pakan (Liener,1969 ; Tangtaweewipat dan Eliot, 1989).  Oleh karena itu telah dikembangkan  teknologi pengolahan yang mudah diaplikasikan  untuk mengoptimalkan penggunaan bahan pakan lokal  dalam pakan ayam kampung  maupun ayam ras, karena diasumsikan bahwa daya toleransi penggunaan bahan pakan untuk ayam ras dapat diaplikasikan pada ayam kampung.

Bahan Pakan Sumber Protein Nabati

Bahan pakan yang biasa digunakan sebagai sumber protein nabati seperti bungkil kedelai, bungkil kacang tanah dan bungkil kelapa  untuk pakan ayam ketersediaannya masih berfluktuatif dan bersaing dengan ternak lainnya serta harganya relatif mahal. Pengujian terhadap beberapa bahan pakan sumber protein nabati alternatif seperti bungkil biji kapuk, bungkil biji kemiri dan bungkil biji karet masing-masing sebanyak 10 % pada ayam kampung, dapat memperbaiki konversi pakan dari 4,6 menjadi 4,1 (11,5%).

Teknologi pengolahan dapat meningkatkan daya toleransi ayam terhadap penggunaan bahan pakan lokal . Pemberian tepung biji saga pohon (Adenanthera pavonina, LINN) sebanyak 7,5 % dalam pakan ayam kampung dapat meningkatkan bobot badan pada umur 9 minggu dari 677 g menjadi 763 g (11,9 %) dan memperbaiki konversi pakan dari 4,02 menjadi 3,15 (21,7%) (Hau et.al., 2006). Biji saga dan bungkil biji saga yang dimasak baik disangray, direbus maupun dikukus dalam pakan ayam, dapat ditingkatkan penggunaannya dari 5 % menjadi 15-20% dan memperbaiki konversi pakan dari 2,5 menjadi 2,4 (4,5%).

Begitu juga  kacang gude (Cajanus cajan Mill sp.) yang direbus dapat meningkatkan penggunaannya dalam pakan ayam dari 30% menjadi 40 % serta memperbaiki konversi pakan dari 3,1 menjadi 2,5(18,8%). Ampas tahu yang difermentasi dapat ditingkatkan   penggunaannya dari 5 % menjadi 12 % pada pakan ayam pedaging (Nur et al.,1977). Dengan demikian proses pengolahan dapat meningkatkan penggunaan bahan pakan lokal sumber protein nabati dan efisiensi penggunaan pakan (5-15%).

Bahan Pakan Sumber Protein Hewani

Bahan pakan lokal sumber protein hewani memiliki keunggulan karena kandungan asam-asam aminonya lengkap, sehingga sangat baik untuk pertumbuhan dan produksi ternak. Namun bahan pakan konvensional seperti tepung ikan, tepung daging dan tepung darah harganya mahal dan tidak stabil. Beberapa bahan pakan sumber protein hewani yang dapat digunakan untuk pakan ayam adalah sebagai berikut tepung cacing tanah dapat mensubstitusi tepung ikan dalam pakan ayam pedaging pada umur 0-5 minggu sebanyak 15% ,dan dapat memperbaiki nilai konversi pakan dari 2,1 menjadi 1,9(4,3%) dan persentase bobot karkas dari 68 % menjadi 72 % (5,9%) (Resnawati, 2004; 2005; 2006). Penggunaan tepung cangkang udang kering 5,2 % dalam pakan ayam kampung periode pertumbuhan dapat mencapai bobot badan 669 g pada umur 8 minggu (Kompiang et al., 1994), sedangkan penggunaan 37,5 % dalam pakan ayam kampung petelur menghasilkan pruduksi telur cukup baik sekitar 50 % ( Winarti dan Bariroh, 1998). Tepung bekicot diberikan 22,6 % dan silase bekicot 32 % dalam pakan memberikan respon yang baik terhadap produksi ayam ras petelur (Kompiang, 1984). Tepung daging keong mas dapat digunakan sebanyak 4 % dalam pakan ayam ras pedaging(Harmentis et al.,1998). Aplikasi dari bahan pakan  lokal alternatif sebagai sumber protein hewani, dapat digunakan untuk mensubstitusi tepung ikan dalam formulasi pakan.

Bahan Pakan Sumber Energi
Sampai saat ini bahan baku pakan yang digunakan sebagai sumber energi  antara lain adalah  jagung dan dedak padi yang ketersediaan dan harganya masih berfluktuasi. Penggunaan tepung sagu (Metroxylon Sp.) hingga 20 % dalam pakan  ayam kampung periode pertumbuhan, menghasilkan nilai konversi pakan yang rendah yaitu 3,1 (Nataamijaya et al.,1988). Pemberian ampas sagu non fermentasi 10% dibandingkan dengan ampas sagu fermentasi 25% dalam pakan ayam kampung, memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan dengan memperbaiki nilai konversi pakan  dari 3,3 menjadi 3,1  (5,2%) (Ulfah dan Bamualim, 2002). Pemberian tepung ubi kayu sebanyak  50% yang ditambah dengan 0,3 % sodium tiosulfat dalam pakan ayam pedaging dapat memperbaiki konversi pakan dari 2,3 menjadi 1,9 (13,2%)  (Ketaren, 1999).

Bahan pakan sumber energi lain yang biasa digunakan untuk pakan adalah minyak goreng. Pemberian minyak dapat meningkatkan palatabilitas, daya cerna dan efisiensi penggunaan pakan. Namun penggunaan minyak goreng masih bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia, sehingga harganya relatif mahal. Untuk mengantisipasi hal ini, maka telah diupayakan untuk  mendapatkan minyak alternatif . Penambahan  3 % minyak kelapa dan minyak kacang tanah dalam pakan ayam ras pedaging ,nilai konversi pakannya 2,3.  Minyak biji saga pohon yang ditambahkan sebanyak 7,5 % dalam pakan ayam ras pedaging dapat memperbaiki nilai konversi pakan dari 2,3 menjadi 2,1 (8,6%). Pemanfaatan bahan pakan sumber energi alternatif dapat mengurangi penggunaan bahan pakan yang bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia.

Berdasarkan bahasan dan hasil-hasil penelitian yang diperoleh, maka untuk implementasinya diperlukan strategi  pengembangan penggunaan bahan pakan lokal sebagai pakan ayam kampung.

Sumber :
Orasi Ilmiah Pengukuhan Profesor Riset : Prof. Dr. Ir. Heti Resnawati, MS

Rabu, 20 Juni 2012

Permasalahan dalam industri sapi potong

Terdapat beberapa permasalahan ataupun kendala  untuk membangun industri peternakan sapi potong yang tangguh di tanah air, antara lain :
  • Pertama, sampai saat ini dapat diindikasi bahwa industri hulu yang ada di tanah air sama sekali sangat lemah. Besar dan kecenderungan meningkatnya jumlah sapi bakalan dan juga volume daging sapi yang diimpor merupakan indikasi bahwa sumber sapi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan daging dalam negeri.
  • Kedua, kita saat ini tidak memiliki data riil tentang populasi sapi di tanah air kita. Ada keraguan bahwa angka populasi yang ada saat ini lebih tinggi dari realitas. Ini yang sering menyebabkan bias dalam proses pengambilan kebijakan oleh berbagai pihak.
  • Ketiga, masih belum adanya persepsi yang sama dari para stakeholder dalam industri sapi potong. Hal ini berimplikasi tidak adanya derap langkah yang sama untuk membangun industri peternakan yang tangguh di tanah air. 
  • Keempat, ada implikasi kekeliruan menafsirkan otonomi daerah dari sementara pihak yang berakibat terjadinya ekonomi biaya tinggi dalam usaha sapi potong. Otonomi daerah yang seharusnya diartikan juga sebagai instrument untuk menggali potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil  dalam prakteknya justru sebaliknya. Selain daripada itu terdapat beberapa hal lain yang menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi dalam pengembangan usaha sapi potong.
  • Kelima, semakin melemahnya penegakan hukum, disinyalir telah mendorong keberanian beberapa pengusaha memasukkan daging secara illegal dari negara-negara  yang secara perundangan tidak diijinkan karena belum bebas dari PMK. Hadirnya daging dengan harga yang sangat murah dibawah harga daging dari sapi lokal ataupun sapi hasil penggemukan usaha feedlot dalam waktu cepat atau lambat akan memukul industri sapi potong dalam negeri. Hal ini akan merupakan potensi ancaman hancurnya potensi produksi sapi lokal. Hancurnya usaha peternakan sapi di dalam negeri akan menyebabkan kerugian yang sangat mahal karena membutuhkan waktu dan biaya yang sangat tinggi untuk recovery. Belum terhitung kerugian ekonomi dan sosial bagi sebagian masyarakat khususnya di daerah pedesaan. Seperti dinyatakan oleh OIE (Organization of International des Epizootica) bahwa PMK (Foot and Mouth Desease) merupakan penyakit hewan yang paling menular dan sangat berbahaya serta dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi negara yang mengalami endemi. 
  • Keenam, belum maksimalnya usaha untuk mengambil kesempatan mengambil peluang memperoleh nilai tambah dari rantai peternakan sapi potong khususnya dalam memproduksi berbagai produk daging baik untuk keperluan dalam negeri ataupun ekspor. 
  • Ketujuh, jaringan pemasaran produk sapi potong yang belum mantap menyebabkan antara lain belum optimalnya konsumsi daging di masyarakat.

Rabu, 13 Juni 2012

Sistem Reproduksi AYAM BETINA


Folikel akan masak pada 9-10 hari sebelum ovulasi. Karena pengaruh karotenoid pakan ataupun karotenoid yang tersimpan di tubuh ayam yang tidak homogen maka penimbunan materi penyusun folikel menjadikan lapisan konsentris tidak seragam. Proses pembentukan ovum dinamakan vitelogeni (vitelogenesis), yang merupakan sintesis asam lemak di hati yang dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh darah diakumulasikan di ovarium sebagai volikel atau ovum yang dinamakan yolk (kuning telur).
Dikenal tiga fase perkembangan yolk, yaitu fase cepat antara 4-7 hari sebelum ovulasi dan fase lambat pada 10-8 hari sebelum ovulasi, serta pada 1-2 hari sebelum ovulasi. Akibat perkembangan cepat tersebut maka akan terbentuk gambaran konsentris pada kuning telur. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kadar xantofil dan karotenoid pada pakan yang dibelah oleh latebra yang menghubungkan antara inti yolk dan diskus germinalis.
Folikel dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum masak, stigma akan robek sehingga terjadi ovulasi. Robeknya stigma ini dikontrol oleh hormon LH. Melalui pembuluh darah ini, ovarium mendapat suplai makanan dari aorta dorsalis. Material kimiawi yang diangkut melalui sistem vaskularisasi ke dalam ovarium harus melalui beberapa lapisan, antara lain theca layer yang merupakan lapisan terluar yang bersifat permeabel sehingga memungkinkan cairan plasma dalam menembus ke jaringan di sekelilingnya. Lapisan kedua berupa lamina basalisyang berfungsi sebagai filter untuk menyaring komponen cairan plasma yang lebih besar. Lapisan ketiga sebelum sampai pada oocyte adalah lapisan perivitellin yang berupa material protein bersifat fibrous (berongga).
Dalam membran plasma, oocyte (calon folikel) berikatan dengan sejumlah reseptor yang akan membentuk endocitic sehingga terbentuklah material penyusun kuning telur. Sehingga besar penyusutan kuning telur adalah material granuler berupa high density lipoprotein (HDL) dan lipovitelin. Senyawa ini dengan ion kuat dan pH tinggi akan membentuk kompleks fosfoprotein, fosvitin, ion kalsium, dan ion besi. Senyawa-senyawa ini membentuk vitelogenin, yaitu prekursor protein yang disintesis di dalam hati sebagai respon terhadap estradiol.
Komponen vitelogenin lebih mudah larut dalam darah dalam bentuk kompleks lipida kalsium dan besi. Oleh adanya reseptor pada oocyte, akan terbentuk material kuning telur. proses pembentukan vitelogenin ini dinamakan vitelogenesis.
Penyusun utama kuning telur adalah air, lipoprotein, protein, mineral, dan pigmen. Protein kuning telur diklasifikasikan menjadi dua kategori:
Livetin, yakni protein plasmatik yang terakumulasi pada kuning telur dan disintesis di hati hampir 60% dari total kuning telur.
Phosvitin dan lipoprptein yang terdiri darihigh density lipoprotein (HDL) dan low density lipoprotein (LDL) yang disebut pula dengan granuler dan keduanya disintesis dalam hati. Pada ayam dewasa bertelur setiap hari disintesis 2,5 g protein/hari melalui hati. Sintesis ini dikontrol oleh hormon estrogen. Hasil sintesis bersama-sama dengan ion kalsium, besi dan zinc membentuk molekul kompleks yang mudah larut kemudian masuk ke dalam kuning telur.

Oviduk

Oviduk adalah sebuah pipa yang panjang di mana yolk lewat dan bagian telur lainnya di sekresikan. Secara normal ukurannya kecil, diameternya relatuf kecil, tetapi menjelamg ovulasi pertama ukuran dan ketebalan dindingnya bertambah besar. Bagian-bagian oviduk dan kegunaannya dirangkum sebagai berikut dan ilustrasikan.
1.      Infundibulum
Panjang 9 cm fungsi untuk menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membran vitelina. Kuning telur berada di bagian ini berkisar 15-30 menit. Pembatasan antara infundibulum dan magnum dinamakan sarang spermatozoa sebelum terjadi pembuahan.
a.  Malfungsi infundibulum untuk berfungsi secara sempurna, infundibulum harus mengambil semua yolk yang jatuh kedalam rongga tubuh. Namun, di jumpai bahwa sekitar 4% tidak di tankap oleh infundibulum, tetapi tetap dalam rongga tubuh yang selanjutnya diserap kedalam tubuh sekitar satu hari. Persentasenya berfariasi antarstrain ayam, beberapa diantaranya mencapai 10% dari yolknya terdapat dalam rongga tubuh. Pada ayam tipe pedaging, hal tersebut lebih sering terjadi daripada ayam tipe petelur.
b.      Internal layer
Kadang-kadang, kemampuan infudibulum untuk mennagkap sebagian besar yolk hilang dan menimbunya dalam rongga tubuh lebih cepat daripada kemampuan menyerap. Ayam yang demikian ini dikenal sebagai internal layer, meskipun istilah itu tidak mendefinisikan secara baik kondisi tersebut. Abdomen menjadi memanjang dan ayam berdiri dengan posisi tegak.
2.        Magnum
Bagian yang terpanjang dari oviduk (33cm). Magnum tersusun dari glandula tubiler yang sangat sensibel. Sintesis dan sekresi putih telur terjadi disini. Mukosa dan magnum tersusun dari sel gobelet. Sel gobelet mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning telur berada di magnum untuk dibungkus dengan putih telur selama 3,5 jam.
Albumen dalam sebutir telur terdiri dari 4 lapisan. Masing-masing adalah chalasae (27,0%), pitih kental (57,0%), putih telur encer dalam (17,3%), dan putih telur encer bagian luar (23,0%). Tepat lapisan tersebut diproduksis pada magnum, tetapi putih telur encer luar (auterthin with) tidak lengakp sampai air ditambahkan uterus.
a.         Chalazae
Pada sebutir telur yang dipecah, terdapat dua pita yang berbelit dan mamanjang dari ujung yolk melalui albumen. Itulah yang disebut chalazae. Albumen-chalaziferous diproduksi bila yolk pertama memasuki magnum. Tetapi lilitan untuk membentuk dua chalazae terjadi lebih akhir saat telru berputar pada ujung akhir oviduk. Lilitan dengan arah yang berlawanan dari chalazae dimaksudkan untuk memelihara yolk tetap berada dipusat setelah telur keluar.
b.        Putih telur bagian dalam yang encer (liquid inner white) bagian telur yang sedang berkembang meluncur melalui magnum hanya satu tipe albumen diproduksi. Namun penambahan air dan perputaran telur menjadikan perkembangan telur lebih besar pada barbagai ayam petelur. Salah satu diantaranya adalah putih telur bagian telur yang cair.
c.         Putih telur yang padat (dense white)
Putih telur yang terkenal terdiri dari musim dan merupakan bagian terbesar dari albumen telur. Jumlah putih telur kental (thick white) yang dihasilkan oleh magnum cukup besar. Dengan dihasilkannya musin dan penambahan air saat telur bergerak melalui oviduk, cenderung mengurangai jumlah putih telur tebal dan meningkatkan jumlah putih telur encer (thin white). Pada waktu telur dikeluarkan, sepertiganya terdiri dari putih telur encer, yang tersisa terdiri dari lebih setengahnya albumen pada telur.
d.        Kemudian kualitas telur
Setelah telur keluar, terjadi perubahan yang tetap pada kandungan interior telur thick white tidak dapat mempertahankan komposisi kekentalannya dan volumenya berkurang, sedangkan thin white menjadi lebih berair dan jumlahnya bertambah.
3.        Isthmus
Perkembangan telur selanjutnya ditekan ke dalam isthmus sekitar 1 jam 15 menit. Isthmus merupakan bagian yang pendek, sekitar 4 cm. di sini, membran kerabang bagian dalam dan luar di bentuk sebagai suatu pembentukan kembali bentuk akhir dari telur kandungamn pada masa ini tidak secara lengkap mengisi membran kerabang dan telur menyerupai suatu kantong hanya sebagian yang terisi air. mensekresikan membran atau selaput telur. Panjang saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini berkisar 1 jam 15 menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan yang berdekatan dengan magnum berwarna putih, sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus mengandung banyak pembuluh darah sehingga memberikan warna merah.
4.        Uterus
Disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 3 cm. Pada bagian ini terjadi dua fenomena, yaitu dehidrasi putih telur atau /plumping/ kemudian terbentuk kerabang (cangkang) telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas sel phorphirin akan terbentuk di bagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi antara 20 – 21 jam.
a)    Karabang
Klasifikasi karabang telur dimulai segera sebelum telur masuk ke uterus. Sekelompok kecil kalsium terlihat pada membran karabang bagian luar (outer shell membrane) sebelum telur meninggalkan isthmus. Hal ini adalah awal letak untuk penimbunan kalsium dalam uterus. Jumlahnya kemungkinan diturunkan dari induk dan mengambil pranan dalam penimbunan kalsium kemudian.
b)   Sumber kalsium untuk kerabang telur
Ada dua sumber kalsium untuk produksi kerabang telur, yaitu pakan dan tulang tertentu. Secara normal, sebagian kalsium untuk pembentukan telur berasal langsung dari pakan, tetapi beberasal dari timbunan kalsium, tulang medulair, terutama pada malam hari ayam tidak makan.
c)    Pembentukan kalsium karbonat
Kalsium karbonat kerabang di bentuk bila ion kalsium dilengkapi melalui pasokan darah. Ion karbonat berasal dari darah dan kelenjer kerabang. Pengurangan pasokan dan campuran darah dengan maksimal penimbunan CaCO3 dari kerabang telur menyebabkan kualitas kerabang buruk. Demikian juga temperatur lingkungan tinggi selama musim panas menyebabkan kerabang telur berkualitas rendah
5.        Vagina
Bagian berikutnya dari oviduk adalah vaginapada ayam, selama produksi telur, panjang vagina sekitar 2 cm. secara normal, telur timgal dalam vagina selama beberapa menit tetapi dalam keadaan tertentu dapat tinggal beberapa jam. Telur melalui oviduk akan keluar dengan ujung yang runcing terlebih dahulu. Apabila ayam tidak terganggu atau ketakutan, telur akan berputar secara horizontal sebelum oviposisi (pengeluaran telur) dan akan keluar dengan ujung tumpul. Perputaran tersebut membutuhkan waktu kurang dari 2 menit dan memungkinkan bagi otot uterus untuk menekan keluar pada permukaan yang lebih luas selama oviposisi. Apabila terjadi gangguan pada ayam sebelum perputaran telur akan di keluarkan dengan cepat dan ditekan keluar melalui vent dengan ujung runcing terlebih dahulu.
6.        Kloaka
merupakan bagian paling ujung luar dari induk tempat dikeluarkannya telur. Total waktu untuk pembentukan sebutir telur adalah 25-26 jam. Ini salah satu penyebab mengapa ayam tidak mampu bertelur lebih dari satu butir/hari. Di samping itu, saluran reproduksi ayam betina bersifat tunggal. Artinya, hanya oviduk bagian kiri yang mampu berkembang. Padahal, ketika ada benda asing seperti /yolk/ (kuning telur) dan segumpal darah, ovulasi tidak dapat terjadi. Proses pengeluaran telur diatur oleh hormon oksitosin dari pituitaria bagian belakang.

Minggu, 10 Juni 2012

Komposisi Gizi Jeroan Hewan

JEROAN hewan ayam, sapi, atau kambing, merupakan bahan makanan yang cukup difavoritkan beberapa orang. Jeroan bisa dijadikan makanan utama atau pendamping, tergantung jenis penyajiannya.

Ada anggapan, jeroan tidak bagus untuk kesehatan. Untuk mengetahui apakah jeroan layak dikonsumsi, tidak ada salahnya Anda megenal lebih jauh unsur hewani ini.

Yang disebut jeroan biasanya adalah semua bagian hewan, kecuali otot dan tulang. Di berbagai daerah di Indonesia, hampir semua bagian jeroan dimasak untuk makanan manusia, sebut saja ayam. Dari jeroan ayam, banyak yang bisa diambil manfaatnya, seperti hati, ampela, usus.

Secara umum, jeroan mengandung banyak zat gizi, di antaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral. Vitamin yang terdapat pada jeroan adalah B kompleks, vitamin A, vitamin B12, dan asam folat. Sementara, mineral yang terkandung dalam jeroan di antaranya zat besi, kalium, magnesium, fosfor, seng. Nilai protein jeroan pun tidak kalah dengan daging sapi dan daging lembu.

Jeroan baik untuk memelihara sel-sel saraf agar berfungsi optimal. Kandungan vitamin B12 pada jeroan dapat mengurangi potensi gangguan sistem kerja sel-sel saraf sehingga mampu menurunkan risiko terjadinya gangguan memori pada otak.

Selain itu, jeroan juga baik untuk mencegah anemia yang disebabkan kekurangan asam folat dan zat besi. Kandungan seng dan vitamin A pada jeroan, khususnya hati, sangat baik untuk memelihara kesehatan jaringan epitel, termasuk endotelium pembuluh darah. Meski manfaatnya demikian banyak, sebaiknya Anda mengonsumsi jeroan bersama sayur atau buah-buahan. Sayuran dan buah telah terbukti ilmiah memiliki serat pangan yang dapat menurunkan kolesterol dalam darah. Bagi penderita asam urat, jeroan tidak aman untuk dikonsumsi karena memiliki kandungan purin yang sangat tinggi.

Mengenal Bagian-Bagian Jeroan
- Hati ayam dan hati sapi berwarna merah agak kecokelatan, lembut, serta mudah hancur, tapi akan mengeras bila dipanaskan. Sementara jantungnya memiliki serabut, berukuran relatif kecil, lembut, dan berwarna merah kecokelatan.
- Ginjal berwarna merah tua. Ginjal kambing memiliki satu cuping, sedangkan ginjal sapi dan lembu memiliki aroma khas, sedangkan ginjal hewan yang sudah tua lebih keras, terasa pahit, dan berbau amis menyengat.
- Babat merupakan bagian perut hewan ruminansia, seperti sapi. Babat segar berwarna putih kelabu atau krem kehijauan.
- Lidah berwarna merah jambu atau abu-abu. Umumnya diselimuti membran muskus yang tebal dan bertekstur kasar. Sebelum diolah, membran terlebih dulu dihilangkan dengan cara mengulitinya.
- Usus sapi berwarna merah kecokelatan, usus ayam kuning kecokelatan. Bila tak segera dibersihkan dari sisa kotoran lebih dari empat jam setelah disembelih, usus sudah tak layak dikonsumsi.
- Otak merupakan jenis jeroan paling digemari. Teksturnya lembut dan berwarna putih keabu-abuan.

Kamis, 10 Mei 2012

Pengolahan tepung bekicot



Bekicot dapat diolah menjadi tepung untuk konsumsi manusia dan ternak. Pengolahan untuk konsumsi manusia berbeda dengan pengolahan untuk konsumsi ternak. Cara pengolahan bekicot menjadi tepung dan silase untuk menjadi pakan ternak adalah sebagai berikut :
1.      Tepung bekicot mentah (raw snail meal)
Bekicot yang sudah terkumpul dicuci dengan air biasa sampai bersih. Kemudian bekicot tersebut dikeluarkan dari rumanya (cangkang). Daging bekicot beserta isi dijemur selama kurang lebih 5 hari. Bila kondisi tidak memungkinkan untuk menjemur di panas matahari, bisa menggunakan oven dengan temerperatur 60 0C selama 12 jam. Selanjutnya daging bekicot didiling sampai halus.
Menurut kompiang (1979), komposisi tepung bekicot mentah adalah Air (7,59 %), protein (59,27 %), lemak (3,62 %), kalsium (6,40 %), fosfor (0,85 %), dan serat kasar (2,47 %).

2.      Tepung bekicot rebus (boiled snail meal)
Untuk membuat tepung bekicot rebus, terlebih dahulu bekicot dicuci dengan air biasa, kemudian direndam dengan air garam sambil diaduk kurang lebih ½ jam agar lendirnya cepat keluar. Air garam yang digunakan mengandung gram sebanya kurang lebih 10 %. Sesudah direndam air garam, bekicot tersebut dicuci lagi dengan air biasa dan direbus. Cara merebusnya mula-mula air dipanaskan sampai mendidih kemudian masukkan bekicot. Ambil daging bekicot dari cangkangnya, lalu dicuci lagi dengan air biasa. Proses selanjutnya adalah pengeringan/penjemuran. Daging bekicot dijemur sampai kering (kurang lebih 2 hari), lalu digiling menjadi tepung.
Menurut kompiang (1979), komposisi tepung bekicot rebus adalah Air (7,54 %), protein (57,72 %), lemak (4,60 %), kalsium (7,83 %), fosfor (0,95 %), dan serat kasar (0,08 %).

3.      Tepung bekicot berkulit
Rumah/cangkang bekicot dapat ditumbuk menjadi tepung, kemudian dicampurkan dengan tepung dagin gbekicot. Cangkang bekicot kaya akan mineral kalsium. Menurut chaves dkk (1977), rumah/cangkang bekicot mengandung 31,54 % mineral kalsium.

Jumat, 27 April 2012

Kebutuhan Nutrien bagi Induk Ternak Ruminansia

Induk ternak yaitu induk yang bunting maupun induk yang sedang menyusui. Kebutuhan nutrien untuk induk lebih kompleks dibandingkan dengan kebutuhan nutrient bagi ternak pada fase lain. Oleh karena itu, pakan yang diberikan bagi induk harus mengandung nutrien yang lengkap sesuai dengan kebutuhannya, baik untuk kebutuhan hidup pokok, produksi, perkembangan fetus, dan untuk cadangan bagi tubuh induk.
A.    Kebutuhan Nutrien bagi Induk Bunting
Berfungsinya alat reproduksi induk ternak secara sempurna tidak lepas dari proses-proses biokimia dari sebagaian besar alat tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa induk bunting memerlukan nutrien makanan yang baik dan seimbang dengan kebutuhannya. Induk perlu memperoleh energi, protein, mineral, dan vitamin sesuai dengan kebutuhan.
Nutrien tersebut diperoleh dari pakan. Pakan terdiri dari hijauan saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi, karena kandungan nutrisinya yang rendah. Oleh karena itu perlu menambahkan makanan penguat. Pada fase kebuntingan, makanan tidak saja penting bagi pertumbuhan janin dalam kandungan tetapi juga bagi induk untuk mempertahankan kondisi badannya. Pada masa akhir kebuntingan, peranan makanan bagi pertumbuhan janin sangat penting karena 70% dari proses pertumbuhan janin terjadi pada periode ini.
Dalam penyusunan makanan bagi induk bunting sangat dianjurkan penyediaan makanan yang berprotein yang cukup dan berkualitas, terutama menjelang akhir kebutingan, karena fetus cepat berkembang. Pakan konsentrat sebanyak 1 -3% dari bobot badan dengan kandungan PK minimal 10%, TDN minimal 60%, SK maksimal 17% dan abu maksimal 10%.
Mineral yang paling dibutuhkan dalam masa kebuntingan yaitu kalsium, fosfor, yodium, ferrum, cuprum, dan Cobalt. Berikan Ca rendah sebelum beranak, lalu normal atau tinggi setelah beranak untuk mencegah Milk Fever.
Pemberian hijauan yang berkualitas baik perlu diupayakan, agar kondisi rumen baik. Pemberian konsentrat diberi sedikit demi sedikit selama minggu akhir kebuntingan. Minggu-minggu terakhir kebuntingan, adalah masa persiapan melahirkan dan masa persiapan produksi susu. Perlu juga pemberian Ca dan P dalam jumlah tepat sesuai dengan kebutuhan. Pemberian suplemen vitamin A, D, dan E perlu dilakukan.
Janin membutuhkan karbohidrat dalam jumlah besar, sehingga bila makanan mengandung karbohidrat rendah maka kadar glucose darah induk dapat turun hingga menyebabkan gangguan. Pada domba keadaan ini disebut toksmia kebuntingan, dan sering terjadi saat akhir kebuntingan. Hewan menjadi lesu (lethargy), kehilangan nafsu makan, dan menunjukkan raksi-reaksi saraf seperti gemetar. Ternak penderita mempunyai kadar glukosa rendah dan kadar asam lmak bebas tinggi dalam plasma darah. Keadaan ini dapat dicegah dengan pemberian pakan yang mngandung karbohidrat tinggi yang diberikan selama masa akhir kebuntingan, biji-bijian sangat efktif untuk hal tersebut.

B.     Kebutuhan Nutrien bagi Induk Menyusui
Hijauan pada ransum sapi laktasi merupakan suatu keharusan. Hijauan tersebut berperan sebagai:
  • Faktor pnggertak agar rumen sapi dapat berfungsi normal.
  • Sumber serat bagi ternak. Pada sapi laktasi, hijauan yang diberikan minimal sebanyak 40% dari total bahan kering ransom atau diperkirakan sebanyak 1.5% dari bobot hidup ternak.
  • Hijauan segar dapat merupakan sumber vitamin A, D, dan E. Bila hijauan berkualitas baik dan diberikan dibrikan dalam keadaan segar pada sapi, maka kecil kemungkinannya ternak akan membutuhkan suplementasi vitamin tersebut.
Kualitas air susu yang diproduksi oleh ternak dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan, di samping itu juga dipengaruhi oleh kondisi induk, iklim, dan lain-lain. Produksi air susu pada hari pertama sampai ketiga sering disebut kolostrum. Zat makanan yang terdiri dari protein, vitamin, antibodies, dan mineral ini harus diberikan pada anak domba selama tiga sampai empat hari setelah partus, karena kolostrum ini baik bagi anak domba dalam meningkatkan dan mempertahankan daya tahan tubuh. Pemberian kolostrum sangat diperlukan oleh seekor pedet yang baru lahir, karena mempunyai sifat pencahar dan menggertak alat pencernaan pedet supaya dapat bekerja dengan baik. Kolostrum mempunyai peranan penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan anak domba. Produksi air susu menurun akibat rendahnya kualitas kandungan nutrisi pakan yang diberikan pada ternak tersebut.
Ternak yang sedang laktasi terutama pada minggu-minggu pertama masa laktasi aktivitas metabolisme kelenjar ambingnya meningkat. Untuk itu, diperlukan pasokan nutrien yang cukup tinggi dalam upaya memenuhi kebutuhan ternak untuk sintesis air susu. Namun di sisi lain, pada awal laktasi induk sangat sensitif terhadap kekurangan protein dan energi sebagai akibat menurunnya nafsu makan. Telah ketahui bahwa kualitas hijauan di daerah tropis adalah rendah sehingga jumlah hijauan yang dikonsumsi tidak mampu memenuhi kebutuhan ternak akan energi di luar kebutuhan hidup pokok ternak.
Ketersediaan karbohidrat mudah terlarut pada hijauan adalah rendah. Karena itu, suplementasi konsentrat yang mengandung campuran bahan-bahan sumber energi, protein serta mineral (mikro dan makro) merupakan salah satu solusi untuk dapat meningkatkan produk fermentasi rumen yang pada giliran berikutnya dapat menyediakan nutrien yang cukup untuk pembentukan air susu. Konsentrat diharapkan dapat bertindak sebagai sumber karbohidrat mudah terlarut, protein lolos degradasi, dan sebagai sumber glukosa untuk bahan baku produksi susu. Konsentrat memperluas peluang terbentuknya asam lemak atsiri (volatile fatty acid = VFA) terutama asam propionat yang lebih banyak dengan produksi metan semakin kecil, sehingga efisiensi penggunaan energinya lebih tinggi.
Dari uraian di atas, diharapkan bahwa pada awal laktasi, perbaikan mutu pakan dengan penambahan konsentrat, yang memungkinkan kandungan nutriennya semakin seimbang, dapat memenuhi kebutuhan fisiologis ternak akan nutrien selama laktasi. Dengan demikian, produksi susu dapat ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan anak yang lebih baik selama periode menyusu (prasapih).
Konsentrat komersial untuk ternak ruminansia yang sedang menyusui dapat diberikan sekitar 1,5 - 3% bobot badan dengan kandungan protein kasar (PK) minimal 12%, TDN minimal 60%, serat kasar (SK) maksimal 20% dan abu maksimal 10%.
Pada masa laktasi juga perlu diperhatikan pemberian mineral sesuai kebutuhan untuk menjamin produksi susu tetap normal. Defisiensi fosfor, kobalt, cuprum, dan NaCl mengakibatkan penurunan produksi air susu.
Kadar lemak air susu ruminansia sangat peka terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi asam asetat dalam rumen. Rumput muda yang memiliki serat kasar rendah menybabkan kadar lemak air susu menurun. Imbangan asam asetat dan asam propionate yang dihasilkan rumen menentukan kadar lemak air susu. Takaran rendah dari vitamin A dan D dalam makanan sapi perah juga menybabkan penurunan vitamin-vitamin ini dalam air susu, dan bila kekurangan dalam jumlah banyak, akan menyebabkan gangguan fisiologik hewan. Vitamin A mempengaruhi warna kekuning-kuningan pada air susu.


http://dc266.4shared.com/doc/3qB89_J4/preview.html