Induk ternak yaitu induk
yang bunting maupun induk yang sedang menyusui. Kebutuhan nutrien untuk induk
lebih kompleks dibandingkan dengan kebutuhan nutrient bagi ternak pada fase
lain. Oleh karena itu, pakan yang diberikan bagi induk harus mengandung nutrien
yang lengkap sesuai dengan kebutuhannya, baik untuk kebutuhan hidup pokok,
produksi, perkembangan fetus, dan untuk cadangan bagi tubuh induk.
A. Kebutuhan
Nutrien bagi Induk Bunting
Berfungsinya alat reproduksi induk ternak secara sempurna
tidak lepas dari proses-proses biokimia dari sebagaian besar alat tubuh. Hal
ini menunjukkan bahwa induk bunting memerlukan nutrien makanan yang baik dan
seimbang dengan kebutuhannya. Induk perlu memperoleh energi, protein, mineral,
dan vitamin sesuai dengan kebutuhan.
Nutrien tersebut diperoleh dari pakan. Pakan terdiri dari
hijauan saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi, karena kandungan
nutrisinya yang rendah. Oleh karena itu perlu menambahkan makanan penguat. Pada
fase kebuntingan, makanan tidak saja penting bagi pertumbuhan janin dalam
kandungan tetapi juga bagi induk untuk mempertahankan kondisi badannya. Pada
masa akhir kebuntingan, peranan makanan bagi pertumbuhan janin sangat penting
karena 70% dari proses pertumbuhan janin terjadi pada periode ini.
Dalam penyusunan makanan bagi induk bunting sangat
dianjurkan penyediaan makanan yang berprotein yang cukup dan berkualitas,
terutama menjelang akhir kebutingan, karena fetus cepat berkembang.
Pakan konsentrat sebanyak 1 -3% dari bobot badan dengan kandungan PK minimal
10%, TDN minimal 60%, SK maksimal 17% dan abu maksimal 10%.
Mineral yang paling dibutuhkan dalam masa kebuntingan
yaitu kalsium, fosfor, yodium, ferrum, cuprum, dan Cobalt. Berikan Ca rendah
sebelum beranak, lalu normal atau tinggi setelah beranak untuk mencegah Milk
Fever.
Pemberian hijauan yang berkualitas baik perlu diupayakan,
agar kondisi rumen baik. Pemberian konsentrat diberi sedikit demi sedikit
selama minggu akhir kebuntingan. Minggu-minggu terakhir kebuntingan, adalah
masa persiapan melahirkan dan masa persiapan produksi susu. Perlu juga
pemberian Ca dan P dalam jumlah tepat sesuai dengan kebutuhan. Pemberian
suplemen vitamin A, D, dan E perlu dilakukan.
Janin membutuhkan karbohidrat dalam jumlah besar,
sehingga bila makanan mengandung karbohidrat rendah maka kadar glucose darah
induk dapat turun hingga menyebabkan gangguan. Pada domba keadaan ini disebut toksmia
kebuntingan, dan sering terjadi saat akhir kebuntingan. Hewan menjadi lesu
(lethargy), kehilangan nafsu makan, dan menunjukkan raksi-reaksi saraf seperti
gemetar. Ternak penderita mempunyai kadar glukosa rendah dan kadar asam lmak
bebas tinggi dalam plasma darah. Keadaan ini dapat dicegah dengan pemberian
pakan yang mngandung karbohidrat tinggi yang diberikan selama masa akhir kebuntingan,
biji-bijian sangat efktif untuk hal tersebut.
B. Kebutuhan
Nutrien bagi Induk Menyusui
Hijauan pada ransum sapi laktasi merupakan suatu
keharusan. Hijauan
tersebut berperan sebagai:
- Faktor pnggertak agar rumen sapi dapat berfungsi normal.
- Sumber serat bagi ternak. Pada sapi laktasi, hijauan yang diberikan minimal sebanyak 40% dari total bahan kering ransom atau diperkirakan sebanyak 1.5% dari bobot hidup ternak.
- Hijauan segar dapat merupakan sumber vitamin A, D, dan E. Bila hijauan berkualitas baik dan diberikan dibrikan dalam keadaan segar pada sapi, maka kecil kemungkinannya ternak akan membutuhkan suplementasi vitamin tersebut.
Kualitas air susu yang diproduksi oleh ternak dipengaruhi
oleh kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan, di samping itu juga
dipengaruhi oleh kondisi induk, iklim, dan lain-lain. Produksi air
susu pada hari pertama sampai ketiga sering disebut kolostrum. Zat makanan yang
terdiri dari protein, vitamin, antibodies, dan mineral ini harus diberikan pada
anak domba selama tiga sampai empat hari setelah partus, karena kolostrum ini
baik bagi anak domba dalam meningkatkan dan mempertahankan daya tahan tubuh.
Pemberian kolostrum sangat diperlukan oleh seekor pedet yang baru lahir, karena
mempunyai sifat pencahar dan menggertak alat pencernaan pedet supaya dapat
bekerja dengan baik. Kolostrum mempunyai peranan penting untuk kelangsungan
hidup dan pertumbuhan anak domba. Produksi air susu menurun akibat rendahnya
kualitas kandungan nutrisi pakan yang diberikan pada ternak tersebut.
Ternak yang sedang laktasi terutama pada minggu-minggu
pertama masa laktasi aktivitas metabolisme kelenjar ambingnya meningkat. Untuk
itu, diperlukan pasokan nutrien yang cukup tinggi dalam upaya memenuhi
kebutuhan ternak untuk sintesis air susu. Namun di sisi lain, pada awal laktasi
induk sangat sensitif terhadap kekurangan protein dan energi sebagai akibat
menurunnya nafsu makan. Telah ketahui bahwa kualitas hijauan di daerah tropis
adalah rendah sehingga jumlah hijauan yang dikonsumsi tidak mampu memenuhi
kebutuhan ternak akan energi di luar kebutuhan hidup pokok ternak.
Ketersediaan karbohidrat mudah terlarut pada hijauan
adalah rendah. Karena
itu, suplementasi konsentrat yang mengandung campuran bahan-bahan sumber
energi, protein serta mineral (mikro dan makro) merupakan salah satu solusi
untuk dapat meningkatkan produk fermentasi rumen yang pada giliran berikutnya
dapat menyediakan nutrien yang cukup untuk pembentukan air susu. Konsentrat
diharapkan dapat bertindak sebagai sumber karbohidrat mudah terlarut, protein
lolos degradasi, dan sebagai sumber glukosa untuk bahan baku produksi susu.
Konsentrat memperluas peluang terbentuknya asam lemak atsiri (volatile fatty
acid = VFA) terutama asam propionat yang lebih banyak dengan produksi metan
semakin kecil, sehingga efisiensi penggunaan energinya lebih tinggi.
Dari
uraian di atas, diharapkan bahwa pada awal laktasi, perbaikan mutu pakan dengan
penambahan konsentrat, yang memungkinkan kandungan nutriennya semakin seimbang,
dapat memenuhi kebutuhan fisiologis ternak akan nutrien selama laktasi. Dengan
demikian, produksi susu dapat ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan anak
yang lebih baik selama periode menyusu (prasapih).
Konsentrat
komersial untuk ternak ruminansia yang sedang menyusui dapat diberikan sekitar
1,5 - 3% bobot badan dengan kandungan protein kasar (PK) minimal 12%, TDN
minimal 60%, serat kasar (SK) maksimal 20% dan abu maksimal 10%.
Pada masa
laktasi juga perlu diperhatikan pemberian mineral sesuai kebutuhan untuk
menjamin produksi susu tetap normal. Defisiensi fosfor, kobalt, cuprum, dan
NaCl mengakibatkan penurunan produksi air susu.
Kadar
lemak air susu ruminansia sangat peka terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi asam asetat dalam rumen. Rumput muda yang memiliki serat kasar rendah
menybabkan kadar lemak air susu menurun. Imbangan asam asetat dan asam
propionate yang dihasilkan rumen menentukan kadar lemak air susu. Takaran
rendah dari vitamin A dan D dalam makanan sapi perah juga menybabkan penurunan
vitamin-vitamin ini dalam air susu, dan bila kekurangan dalam jumlah banyak,
akan menyebabkan gangguan fisiologik hewan. Vitamin A mempengaruhi warna
kekuning-kuningan pada air susu.
http://dc266.4shared.com/doc/3qB89_J4/preview.html
