Produktivitas daging dan telur ayam kampung yang masih rendah dan
sangat bervariasi antar individu dapat ditingkatkan melalui (1)
teknologi formulasi pakan dan (2) optimalisasi penggunaan bahan pakan
lokal.
1. Teknologi Formulasi Pakan
Sampai saat ini belum tersedia patokan kebutuhan zat-zat nutrisi yang
sesuai untuk pertumbuhan dan produksi ayam kampung, sehingga peternak
pada umumnya memberikan pakan berdasarkan patokan kebutuhan untuk ayam
ras . Kondisi ini menyebabkan tidak efisien dalam penggunaan pakan,
karena produktivitas ayam kampung lebih rendah dibandingkan dengan ayam
ras (Suwindra et al., 1982). Untuk mengatasi hal tersebut
telah dihasilkan patokan kebutuhan zat-zat nurisi berdasarkan imbangan
protein dan asam amino dengan energi metabolis dalam pakan ayam
kampung.
Imbangan Protein dan Energi Metabolis
Pakan ayam sebaiknya disusun berdasarkan keseimbangan protein dan
energi metabolis yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan
produksi (Daghir,1995; Waldroup, 1997). Beberapa hasil
penelitian melaporkan bahwa pertumbuhan dan produktivitas ayam kampung
sangat dipengaruhi oleh imbangan protein dan energi metabolis pakan.
Pemberian pakan yang mengandung 14 % protein dan energi metabolis 2900
kkal/kg dapat meningkatkan pertambahan bobot badan ayam kampung umur
0-6 minggu yaitu dari 35,9 g menjadi 45,5 g/ ekor/minggu (26,7%),
serta memperbaiki konversi pakan dari 6,6 menjadi 4,0(38,6%)
(Resnawati,et al.,1989; Resnawati,et al.,1991). Persilangan ayam
pelung x kampung yang diberi ransum mengandung imbangan protein 19 % dan
energi metabolis 2900 kkal/kg dapat meningkatkan bobot karkas dari 52,6
% menjadi 56,3%(6,6%)(Iskandar dan Resnawati, 1999). Kebutuhan protein
dan energi ayam kampung periode starter (20 %,EM 2800 kkal/kg) dan
grower(15 %, EM 2700 kkal/kg). Patokan kebutuhan untuk ayam kampung
pedaging adalah 15 % protein (0-6 minggu) dan 19 % (>6-12 minggu)
dengan energi metabolis 2900 kkal/kg (Iskandar , 1998). Keadaan
ini menggambarkan bahwa kebutuhan imbangan protein dan energi metabolis
untuk ayam kampung lebih rendah dari patokan kebutuhan untuk ayam ras
(NRC, 1984).
Pakan ayam kampung periode bertelur selama 120
hari yang mengandung protein 16 % dan energi metabolis 2700 kkal/kg
menghasilkan produksi telur 20 butir /ekor/120 hari dan konversi pakan
10,3 (Gultom et al.,1989). Produksi telur dapat ditingkatkan 48,7% dan
memperbaiki konversi pakan 33,9% dengan pakan yang mengandung imbangan
protein 18% dan energi metabolis 2700 kkal/kg,serta penambahan eggs
stimulant (Yuwono et al.,1995). Ayam kampung yang diberi pakan
mengandung 14- 24 % protein dan 2900-3200 kkal /kg energi metabolis ,
dapat meningkatkan bobot telur dari 33,8 g menjadi 37,6 g (10,1%), namun
tidak mempengaruhi kualitas telur (Bintang et al., 1988). Patokan
kebutuhan ayam kampung petelur adalah 15 % (0-12 minggu), 14 % (>
12-22 minggu) dan 15 % (> 22 minggu) dengan energi metabolis 2600
kkal/ kg (Iskandar, 1991). Keseimbangan protein dan energi
metabolis dalam pakan ayam kampung yang memenuhi kebutuhan untuk
pertumbuhan dan produksi telur dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
pakan 10-30 %.
Imbangan Asam Amino dan Energi Metabolis
Formula pakan yang disusun berdasarkan kandungan protein dan energi
metabolis, selanjutnya dikembangkan berdasarkan kebutuhan asam
aminonya. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pakan tidak dapat
dimanfaatkan ternak secara efisien apabila komposisi asam-asam amino
esensial tidak seimbang, juga keseimbangan asam amino esensial dan non
esensial tidak memenuhi kebutuhan (Holsheimer et al.,1992; Dalibard dan Paillard,1995).
Lisin dan methionin merupakan asam amino esensial yang ketersediaannya
terbatas dalam bahan pakan, sehingga perlu ditambahkan asam amino
sintetis dalam formulasi pakan. Pemberian pakan yang mengandung imbangan
asam amino lisin dengan energi metabolis 2,9-3,3 g /Mkal pada ayam
kampung umur 0-12 minggu, mencapai konversi pakan 4,3-4,7(9,8%) , pada
umur 13 – 22 minggu dengan imbangan asam amino lisin dan energi
metabolis 2,8 – 3,0 g/Mkal konversi pakannya berkisar 7,3-7,7(5,5%).
Penambahan DL-methionin dan sistin pada kadar 0,70-0,95 % dalam pakan
ayam ras pedaging dapat memperbaiki konversi pakan dari 1,67 menjadi
1,79 (6,2 %) (Beste et al.,1994).
Ayam lokal dan
persilangannya umur 12 minggu yang diberi pakan mengandung imbangan asam
amino metionin dan lisin antara 0,3 - 0,4 dengan kadar protein 15 %
dan energi metabolis 2900 kkal/kg , dapat memperbaiki konversi pakan
dari 3,5 menjadi 3,3 (4,5%) (Iskandar et al., 2001). Pakan yang
mengandung protein 16 % dan energi metabolis 2650-2750 kkal/kg dengan
penambahan asam amino lisin (0,12%) dan metionin (0,12%) diberikan pada
ayam kampung berumur 5-6 bulan selama 24 minggu, dapat meningkatkan
produksi telur dari 38,1 % menjadi 41,6 % (8,5%) dan memperbaiki nilai
konversi pakan dari 5,8 menjadi 5,2 (11%) (Zainuddin et al., 2001).
Dampak dari penambahan asam amino sintetik dalam pakan ayam kampung
pada periode pertumbuhan maupun produksi telur dapat meningkatkan 5-10 %
efisiensi penggunaan pakan.
2. Optimalisasi Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal
Bahan pakan lokal konvensional maupun inkonvensional terdiri dari
sumber protein nabati, protein hewani dan energi. Penggunaan bahan pakan
lokal yang berasal dari limbah pertanian dan limbah industri mempunyai
kendala antara lain rendahnya kandungan zat nutrisi dan adanya zat anti
nutrisi yang dapat menurunkan produktivitas ternak (Sathe,1994).
Pemberian bahan pakan dalam bentuk mentah dapat mengganggu perkembangan
dan fungsi organ tubuh, sehingga dapat menghambat proses pencernaan dan
menurunkan efisiensi penggunaan pakan (Liener,1969 ; Tangtaweewipat dan Eliot, 1989).
Oleh karena itu telah dikembangkan teknologi pengolahan yang mudah
diaplikasikan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan pakan lokal dalam
pakan ayam kampung maupun ayam ras, karena diasumsikan bahwa daya
toleransi penggunaan bahan pakan untuk ayam ras dapat diaplikasikan pada
ayam kampung.
Bahan Pakan Sumber Protein Nabati
Bahan pakan yang biasa digunakan sebagai sumber protein nabati seperti
bungkil kedelai, bungkil kacang tanah dan bungkil kelapa untuk pakan
ayam ketersediaannya masih berfluktuatif dan bersaing dengan ternak
lainnya serta harganya relatif mahal. Pengujian terhadap beberapa bahan
pakan sumber protein nabati alternatif seperti bungkil biji kapuk,
bungkil biji kemiri dan bungkil biji karet masing-masing sebanyak 10 %
pada ayam kampung, dapat memperbaiki konversi pakan dari 4,6 menjadi 4,1
(11,5%).
Teknologi pengolahan dapat meningkatkan daya
toleransi ayam terhadap penggunaan bahan pakan lokal . Pemberian tepung
biji saga pohon (Adenanthera pavonina, LINN) sebanyak 7,5 % dalam pakan
ayam kampung dapat meningkatkan bobot badan pada umur 9 minggu dari 677 g
menjadi 763 g (11,9 %) dan memperbaiki konversi pakan dari 4,02 menjadi
3,15 (21,7%) (Hau et.al., 2006). Biji saga dan bungkil biji saga yang
dimasak baik disangray, direbus maupun dikukus dalam pakan ayam, dapat
ditingkatkan penggunaannya dari 5 % menjadi 15-20% dan memperbaiki
konversi pakan dari 2,5 menjadi 2,4 (4,5%).
Begitu juga kacang
gude (Cajanus cajan Mill sp.) yang direbus dapat meningkatkan
penggunaannya dalam pakan ayam dari 30% menjadi 40 % serta memperbaiki
konversi pakan dari 3,1 menjadi 2,5(18,8%). Ampas tahu yang difermentasi
dapat ditingkatkan penggunaannya dari 5 % menjadi 12 % pada pakan
ayam pedaging (Nur et al.,1977). Dengan demikian proses pengolahan dapat
meningkatkan penggunaan bahan pakan lokal sumber protein nabati dan
efisiensi penggunaan pakan (5-15%).
Bahan Pakan Sumber Protein Hewani
Bahan pakan lokal sumber protein hewani memiliki keunggulan karena
kandungan asam-asam aminonya lengkap, sehingga sangat baik untuk
pertumbuhan dan produksi ternak. Namun bahan pakan konvensional seperti
tepung ikan, tepung daging dan tepung darah harganya mahal dan tidak
stabil. Beberapa bahan pakan sumber protein hewani yang dapat digunakan
untuk pakan ayam adalah sebagai berikut tepung cacing tanah dapat
mensubstitusi tepung ikan dalam pakan ayam pedaging pada umur 0-5 minggu
sebanyak 15% ,dan dapat memperbaiki nilai konversi pakan dari 2,1
menjadi 1,9(4,3%) dan persentase bobot karkas dari 68 % menjadi 72 %
(5,9%) (Resnawati, 2004; 2005; 2006). Penggunaan tepung cangkang udang
kering 5,2 % dalam pakan ayam kampung periode pertumbuhan dapat mencapai
bobot badan 669 g pada umur 8 minggu (Kompiang et al., 1994), sedangkan
penggunaan 37,5 % dalam pakan ayam kampung petelur menghasilkan
pruduksi telur cukup baik sekitar 50 % ( Winarti dan Bariroh, 1998).
Tepung bekicot diberikan 22,6 % dan silase bekicot 32 % dalam pakan
memberikan respon yang baik terhadap produksi ayam ras petelur (Kompiang, 1984). Tepung daging keong mas dapat digunakan sebanyak 4 % dalam pakan ayam ras pedaging(Harmentis et al.,1998).
Aplikasi dari bahan pakan lokal alternatif sebagai sumber protein
hewani, dapat digunakan untuk mensubstitusi tepung ikan dalam formulasi
pakan.
Bahan Pakan Sumber Energi
Sampai
saat ini bahan baku pakan yang digunakan sebagai sumber energi antara
lain adalah jagung dan dedak padi yang ketersediaan dan harganya masih
berfluktuasi. Penggunaan tepung sagu (Metroxylon Sp.) hingga 20 % dalam
pakan ayam kampung periode pertumbuhan, menghasilkan nilai konversi
pakan yang rendah yaitu 3,1 (Nataamijaya et al.,1988). Pemberian ampas
sagu non fermentasi 10% dibandingkan dengan ampas sagu fermentasi 25%
dalam pakan ayam kampung, memberikan respon yang baik terhadap
pertumbuhan dengan memperbaiki nilai konversi pakan dari 3,3 menjadi
3,1 (5,2%) (Ulfah dan Bamualim, 2002). Pemberian tepung ubi kayu
sebanyak 50% yang ditambah dengan 0,3 % sodium tiosulfat dalam pakan
ayam pedaging dapat memperbaiki konversi pakan dari 2,3 menjadi 1,9
(13,2%) (Ketaren, 1999).
Bahan pakan sumber energi
lain yang biasa digunakan untuk pakan adalah minyak goreng. Pemberian
minyak dapat meningkatkan palatabilitas, daya cerna dan efisiensi
penggunaan pakan. Namun penggunaan minyak goreng masih bersaing dengan
kebutuhan konsumsi manusia, sehingga harganya relatif mahal. Untuk
mengantisipasi hal ini, maka telah diupayakan untuk mendapatkan minyak
alternatif . Penambahan 3 % minyak kelapa dan minyak kacang tanah dalam
pakan ayam ras pedaging ,nilai konversi pakannya 2,3. Minyak biji saga
pohon yang ditambahkan sebanyak 7,5 % dalam pakan ayam ras pedaging
dapat memperbaiki nilai konversi pakan dari 2,3 menjadi 2,1 (8,6%).
Pemanfaatan bahan pakan sumber energi alternatif dapat mengurangi
penggunaan bahan pakan yang bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia.
Berdasarkan bahasan dan hasil-hasil penelitian yang diperoleh, maka
untuk implementasinya diperlukan strategi pengembangan penggunaan bahan
pakan lokal sebagai pakan ayam kampung.
Sumber :
Orasi Ilmiah Pengukuhan Profesor Riset : Prof. Dr. Ir. Heti Resnawati, MS
mantap, bisa dicoba.. tq
BalasHapusok, penggunaan daun ubi jga bisa. dengan di buat tepung tapi sekitar 10 % dalam pemberian pakan. karena tidak sepenuhnya dapat dicerna oleh ayam..
BalasHapusCara Bermain Situs Sabung Ayam S128 Online Dari Hp
BalasHapus