Dalam upaya memenuhi kebutuhan protein asal hewan di samping peran yang dimainkan oleh unggas darat terutama ayam, unggas air juga memberikan sumbangan yang cukup besar terutama sebagai penghasil telur. Di kalangan masyarakat di pedesaan bahkan jenis ternak itik telah menyatu dengan kehidupan mereka sehari-hari (Srigandono Bambang, 1997).
Walaupun demikian, keadaan peternakan itik dan angsa di Indonesia dalam kenyataan perkembangannya relaitf amat lambat. Dari tahun ke tahun keadaanya tetap bersifat tradisional tanpa adanya peniongkatan-peningkatan perhatian masyarakat kita terhadap jenis unggas ini, termasuk perhatian para ahli perunggasan terhadap itik dan angsa (Srigandono Bambang, 1997).
Dalam suatu usaha peternakan , setiap orang selalu berorientasi pada pertimbangan keuntungan dan kerugian yang diperkirakan akan dialaminya. Menurut Bambang Srigandono (1997) terdapat beberapa faktor yang dianggap menguntungkan dalam beternak itik.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Ternak itik tumbuh lebih cepat, terutama itik yang tergolong tipe pedaging,
2. Ternak itik jauh lebh ternak itik jauh lebih tahan terhadap penyakit, dengan efek penyakit yang diderita tidak terlali fatal,
3. Dalam bentuk peternakan rakyat, peternakan itik dapat diusahakan dengan memanfaatkan peralatan yang amat sederhana,
4. Dalam peternakan itik yang ekstensif kita memanfaatkan alam sekitar dimana terdapat sumber-sumber karbohidrat dan protein yang terbuang sia-sia,
5. Instink berkelompok yang amat kuat, maka akan sangat membantu pengendalian dalam pemeliharaan yang bersifat digembalakan
6. Kulit telur itik pada umumnya lebuih tebal sehingga mengurangi resiko pecah selama proses penanganan, dan
7. Jarang memiliki sifat kanibal dan agonistik (berkelahi).
Pustaka : Srigandono, Bambang. 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar